Untuk Kamu yang mau bertamu ke Rawa Bayu memakai angkutan biasa, Kamu bisa memakai pelayanan sepur api serta menyudahi di stasiun Rogojampi. Dari stasiun Rogojampi Kamu memakai pelayanan ojek yang bisa bawa Kamu mengarah Hutan Darmawisata Rawa Bayu ini.
Tetapi untuk Kamu yang mau bertamu ke Rawa Bayu memakai alat transportasi individu, Kamu dapat langsung mengarah posisi hutan darmawisata Rawa Bayu yang gampang diakses jalannya.
Tetapi wajib hati- hati, sebab di posisi ini sedang kerap terjalin insiden misterius bertepatan dengan posisinya yang bersebelahan dengan posisi petilasan prabu Tawang Alun.
Alamat Rawa Bayu: Dusun Kentangan, Bayu, Songgon, Banyuwangi.
Sehabis hingga ke posisi darmawisata Rawa Bayu, Kamu kan disambut pemandangn bagus saat sebelum merambah area Hutan Darmawisata.
Kamu hendak menikmati atmosfer jalur masuk yang dihiasi bermacam tipe bunga yang bermekaran. Untuk Kamu yang menggemari bunga, masa bunga merupakan dikala yang sangat pas untuk kamu buat mendatangi tempat ini.
Wisata- Rawa- Bayu.
Kala Kamu bertamu pada durasi masa panen, Kamu hendak memandang semua warga bersama- sama menjemur cengkeh serta kopi. Mereka lagi menuai hasil ladang sampai merasakan kenyamanan serta keramahan masyarakatnya yang amat mengasyikkan.
Pada masa khusus, salah satu aktivitas yang amat menarik merupakan menikmati buah durian khas Songgon yang mempunyai warna buah durian serta rasanya yang berlainan dari durian pada biasanya.
Hutan darmawisata Rawa Bayu tidak cuma hanya menunjukkan pesona keelokan darmawisata alam saja, tetapi pula meninggalkan jejak asal usul yang besar untuk warga Banyuwangi.
Kala kamu menapaki Rawa Bayu itu, Kamu hendak menciptakan tempat bertapanya Raja Blambangan Prabu Tawang Alun serta Candi Pucuk Agung Macan Putih.
Asal usul Rawa Bayu Banyuwangi
Rawa Bayu Banyuwangi selaku petilasan yang sepi serta keramat untuk masyarakat Banyuwangi. Pada bertepatan pada 18 Desember 1771, di Rowo Bayu Banyuwangi terjalin pertempuran antara kerajaan Blambangan dengan Belanda.
Dengan aji- aji para bupati ataupun abuk raja serta niat orang Blambangan pada kala itu, perang antara kerajaan Blambangan dengan gerombolan Belanda tidak bisa dielakkan.
Pertempuran yang hebat juga terjalin, sampai membunuh ribuan angkatan Belanda serta prajurit Blambangan. Pertembpuran hebat itu hingga membunuh arahan kedua koyak pihak ialah pangeran Jagapati serta panglima VOC Van Schaar.
Pada hari seperti itu Banyuwangi terlahir serta jadi cikal akan Banyuwangi. Kesimpulannya bertepatan pada itu dijadikan selaku hari jadi Banyuwangi.
Buat mengenang insiden itu, warga setempat melangsungkan ritual- ritual semacam syukuran, istighosah disekitar tempat Rawa Bayu Banyuwangi.
Pada zaman dahulu orang di wilayah Cemoro Sampek Bayu, pada melaksanakan ritual dengan memotong kambing yang setelah itu kepala serta kakinya dipotong buat diceburkan kedalam Rawa Bayu itu.
Sempat terjalin peristiwa, terdapat seseorang anak yang mandi di Rowo Bayu Banyuwangi serta hadapi musibah karam sampai berpulang. Sahabat sahabat korban yang ketahui peristiwa itu langsung menyelam serta kesimpulannya jenazah korban ditemui didalam lumpur.
Wujud yang melindungi Rawa Bayu Banyuwangi merupakan seseorang yang dikenal nyai Usil. Bentuk nyai Usil sendiri memiliki wajah yang menawan serta bijak. Disekeliling nyai Usil senantiasa dilindungi oleh prajurit- prajurit serta perempuan- perempuan menawan yang lain.
Baca pula: Keelokan Pulau Bawean di Gresik
Prabu Tawang Alun
Tidak hanya itu di Rawa Bayu Banyuwangi ada suatu aset kuno yang dikenal petilasan ataupun pertapaannya prabu Tawang Alun.
Prabu- Tawang- AlunIlustrasi Prabu Tawang Alun( Source: infobanyuwangi. com)
Prabu Tawang Alun ialah Raja yang terkenal dalam asal usul pembuatan Banyuwangi. Dalam mengetuai Banyuwangi prabu Tawang Alun mampu membuat Banyuwangi produktif serta mampu. Tanpa kekurangan pakaian ataupun pangan serta rakyatnya hidup dengan damai serta rukun.
Berjalan dengan seiringnya durasi, adik dari prabu Tawang Alun yang bernama Wiro Broto memiliki rasa cemburu pada kakaknya. Kesimpulannya Wiro Broto berkomplot dengan abuk Gringsing.
Terjadilah peperangan dikerajaan Blambangan antara gerombolan prabu Tawang Alun serta Wiro Broto.
Sebab daya dari gerombolan prabu Tawang Alun amat kokoh, kesimpulannya Wiro Broto juga takluk serta berpulang dalam peperangan itu.
Si abuk yang mengikuti kematian Wiro Broto juga tidak bermukim bungkam, dengan kemarahan yang amat besar, abuk Gringsing juga melanda kerajaan dengan kasar. Hendak namun aji- aji prabu Tawang Alun yang tidak terkalahkan alam semesta Banyuwangi kala itu membuat abuk Gringsing takluk.
Kemenangan yang didapat prabu Tawang Alun tidak lalu buatnya suka. Hendak namun ia merasa pilu sebab kehabisan adiknya.
Kesedihan yang berkelanjutan membuat prabu Tawang Alun berangkat dari kerajaan serta memilah buat meredakan batin serta bersemedi di kaki busut gunung Raung. Persisnya diatas batu petilasan prabu Tawang Alun.
Bagi hikayat yang dikisahkan turun temurun, dikala prabu Tawang Alun bersemedi terdapat seekor macan ajaib yang menemaninya sampai akhir hayatnya.
Baca pula: Mojosemi Forest Park
Petilasan Prabu Tawang Alun di Rawa Bayu Banyuwangi
Sempat terdapat sesuatu peristiwa terdapat orang memohon nomer di dalam petilasan si prabu yang bawa perewangan. Bukan no yang diterima justru kepalanya bocor.
Wisata- Rawa- Bayu- Banyuwangi
Baca pula: Darmawisata Kawah Ijen Banywangi, Jawa Timur
Melacak memiliki melacak, perewangan yang dibawa oleh orang yang memohon no berkelahi dengan insan lembut yang terdapat di dalam petilasan. Kesimpulannya dia terbanting di pelesteran petilasan.
Serta terdapat pula anak yang mengintip ke dalam petilasan, sehabis mengintip anak itu merasakan terdapat 3 orang di dalam petilasan, setelah itu anak itu dikasih nasi kuning kemudian dibawanya nasi kuning itu kembali ke rumahnya.
Saat sebelum hingga di rumah, si anak itu juga pingsan. Orang tuanya yang belingsatan hendak peristiwa itu kemudian memohon pada pengawal petilasan buat dipulihkan. Serta kesimpulannya anak itu siuman balik serta segar semacam umumnya.
Terdapat narasi lain yang mengatakan kalau prabu Tawang Alun bersemedi di pertapaan ini sebab mau merelakan tahktanya pada adiknya. Jadi papa dari prabu Tawang Alun ini memiliki 2 anak.
Mengetahui dirinya yang telah berumur. Kesimpulannya takhta kerajaan diserahkan pada prabu Tawang Alun. hendak namun si adik cemburu dengan perihal itu. Dari terjalin perang dampingi kerabat. Kesimpulannya prabu Tawang Alun menekur serta memberikan takhtanya pada si adik.
Dia lebih memilah buat memenangkan diri di tempat pertapaan ini. 38 tahun prabu Tawang Alun bersemedi disini serta bepergian ke dasar Purwo. Tidak terdapat yang mengerti tentu bukti hikayat ini.